Minggu, 29 Januari 2012

Studi Kasus Kepemimpinan

Hartoyo Sebagai Manajer


Drs. Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen produksi suatu perusahaan kurang lebih 6 bulan. Hartoyo bekerja pada perusahaan setelah dis pensiun dari tentara. Semangat kerja departemennya rendah sejak dia bergabung dalam perusahaan. Beberapa dari karyawan menunjukkan sikap tidak puas dan agresif.
Pada jam istirahat makan siang, hartoyo bertanya pada drs. Abdul Hakim, ak, manajer departemen keuangan, apakah dia mengetahui tentang semangat kerja yang rendah dalam departemen produksi. Abdul hakim menjawab bahwa dia telah mendengar secara informal melalui komunikasi "grapevine", bahwa para karyawan hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan yang dibuat sendiri olehnya. Dia (hartoyo) menyatakan, " dalam tentara, saya membuat semua keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan saya untuk berbuat seperti itu".


Pertanyaan kasus :
1. Gaya kepemimpinan macam apa yang digunakan oleh hartoyo? Bagaimana keuntungan dan kelemahannya? Bandingkan motivasi bawahan hartoyo sekarang dan dulu sewaktu ditentara.
2. Konsekuensinya apa, bila hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya? Apa saran saudara bagi perusahaan, untuk merubah keadaan?

Jawab : 
1. Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh hartoyo adalah gaya kepemimpinan militeristik. Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri :
-  Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.
- Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan 
- Segala sesuatu bersifat formal
- Menuntut adanya disiplin yang tinggi dan kadang bersifat kaku dari bawahannya
- Tidak menghendaki usul, saran, sugesti, dan kritikan dari bawahannya
- Komunikasi hanya berlangsung searah, bawahan tidak diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat

Keuntungan dari tipe militeristik adalah menuntut adanya disiplin yang tinggi. Kedisiplinan yang dituntut dari bawahan tersebut akan mempengaruhi kualitas pekerjaan, sehingga pekerjaan tidak akan terbengkalai. Sedangkan kelemahan dari tipe ini adalah komunikasi yang berlangsung hanya satu arah, yaitu hanya dari atasan yang memberikan perintah kepada bawahan dan bawahan pun tidak diberikan kesempatan untuk memberikan pendapatnya kepada atasan.
Motivasi bawahan yang dulu ketika hartoyo masih dalam tentara tentu tidak sama dengan motivasi bawahannya yang sekarang ada di perusahaan. Karena dulu berada di tentara, maka bawahan menganggap hartoyo adalah pemimpin sehingga berhak melakukan apa saja yang dianggapnya benar, dan bawahan hanya melakukan perintahnya. Sedangkan sekarang di perusahaan, bawahannya tidak semangat bekerja karena tidak diberikan kebebasan berpendapat.

2. Konsekuensinya adalah para bawahannya akan banyak yang mengundurkan diri karena merasa kurang nyaman dengan pekerjaannya, jika sudah begini maka perusahaan pun akan terkena imbasnya. Selain itu karena kerasnya dan tidak adanya kebebasan yang diberikan maka hartoyo akan dianggap sebagai orang yang otoriter.
Saran saya adalah agar hartoyo diberi teguran dan deberikan pengertian tentang kondisi perusahaan yang tidak sama dengan sewaktu dia di tentara dulu. Atau memindahkan hartoyo ke departemen lain yang memang sesuai dengan karakternya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Transparent Teal Star Multi-Colored Light Pointer