Studi banding atau kunjungan kerja (kunker) ke luar negeri selalu dilakukan oleh anggota DPR setiap tahunnya. Dalam satu tahun itu kunker tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali saja, tapi beberapa kali, dan setiap komisi DPR melakukan studi banding ini ke negara yang berbeda. Kunjungan kerja yang dilakukan ke luar negeri tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit, dan hal ini sudah ada anggarannya tersendiri dalam DPR. Nah pertanyaannya, apakah kunker tersebut memang benar-benar dilakukan untuk kerja atau malah untuk berwisata? Lalu adakah hasil yang didapat selama para wakil rakyat tersebut melakukan kunker ke luar negeri?
Hal ini sebenarnya sudah sangat sering dibahas di berbagai berita.mulai dari membahas tentang besarnya dana yang dipakai untuk kunjungan ke luar negeri, hasil apa yang di dapat setelah melakukan kunjungan sampai membahas tentang kegiatan apa saja yang dilakukan para wakil rakyat kita selama berhari-hari melakukan kunjungan.
Dalam beberapa hari ini kita kembali dihangatkan oleh berita tersebut, berita mengenai rombongan anggota DPR yang melakukan studi banding ke luar negeri. Kali ini yang menjadi sorotan adalah para anggota DPR dari Komisi I yang melakukan kunjungan ke Jerman. Mereka menjadi sorotan setelah salah satu stasiun televisi melakukan wawancara dengan beberapa orang anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Berlin yang turut hadir dalam acara Temu Masyarakat di KBRI Berlin. dan akhirnya mereka pun menceritakan kegiatan para wakil rakyat kita yang, katanya, sedang bertugas itu. Ternyata para anggota DPR tersebut datang ke Jerman dengan membawa serta keluarganya, jadi kesannya seperti sedang liburan keluarga. Acara temu masyarakat itu juga direkam dalam video yang kemudian di upload di youtube dengan judul Aksi Protes PPI Berlin-Jerman terhadap Komisi I DPR-RI.
Dalam video tersebut para anggota Komisi I seakan-akan 'di tampar' oleh para mahasiswa yang menolak kedatangannya. Di tambah dengan beberapa ejekan dari mahasiswa tersebut yang mengatakan para anggota DPR seperti 'orang kampungan' dan 'kekanak-kanakan'. Tidak hanya itu saja, setelah menyampaikan orasinya, akhirnya para mahasiswa pun walk out tanpa memberikan kesempatan anggota DPR untuk membela diri.
DPR vs PPI di Jerman beberapa hari yang lalu ini sebenarnya bukanlah yang pertama kalinya. Mungkin ada yang masih ingat berita satu tahun yang lalu tentang 'tragedi email' yang dilakukan oleh anggota Komisi VIII. Ya, dalam acara tersebut anggota komisi VIII dicecar dengan banyak pertanyaan yang di ajukan oleh PPI Australia, dan dari situlah tragedi email itu terjadi. acara tersebut juga direkam dan kemudian di upload di youtube oleh PPI Australia.
Aksi PPI Berlin dan Australia tersebut seharusnya bisa ditiru oleh PPI di negara lain, bahkan di Indonesia sendiri, karena aksi mereka yang mengupload video pertemuannya dengan anggota dewan itu seperti aksi kritik terhadap wakil rakyat kita. Namun sepertinya para penghuni senayan ini sudah tidak malu dan tidak peduli, bahkan mungkin mereka pura-pura tidak mendengar apa yang disampaikan oleh para mahasiswa. Memang tidak aneh kalau rakyat sudah tidak percaya lagi dengan wakilnya. Tebal muka dan tebal telinga. Memang sudah tidak pantas untuk dipercaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar