Tidak dapat dipungkiri memang, semua orang pasti membutuhkan dan menginginkn hiburan untuk menghilangkan stress, ataupun hanya untuk bersantai. Apalagi untuk masyarakat kota yang rutinitas dan tingkat stressnya cukup tinggi, mereka akan mencari hiburan disela-sela waktu luangnya walau hanya sebentar. Cara yang paling mudah adalah dengan menonton acara televisi, terutama acara komedi yang berisi humor-humor yang dapat membuat penontonnya tertawa sehingga –paling tidak- sedikit menghilangkan stressnya.
Jika diperhatikan, dari dulu sampai sekarang, hampir semua stasiun tv memiliki acara komedi, namun –mungkin- bedanya, dulu acara komedi dikemas dengan berbagai macam bentuk yang berbeda, sedangkan saat ini –mungkin- hampir semua acara komedi memiliki kemiripan. Misalnya saja, jika salah satu televisi membuat program komedi dan di dalamnya terdapat properti yang terbuat dari styrofoam dan kemudian acara tersebut sukses, maka stasiun televisi lain akan membuat acara yang hampir sama dengan styrofoamnya itu. Kebanyakan styrofoam yang awalnya sebagai property penunjang acara malah berubah menjadi “senjata” untuk saling memukul antar pemainnya. Anehnya hal tersebut dianggap lucu oleh kebanyakan orang.
Era styrofoam berlalu, muncul era ejekan dan celaan. Saat ini, ejekan dan celaan seperti sudah menjadi makanan sehari-hari yang tayang di hampir seluruh program komedi. Dan lagi-lagi, entah mengapa orang-orang menyukai candaan dengan ejekan dan celaan ini. Tapi tidak semua menanggapi positif candaan seperti ini. Buktinya, tidak sedikit komedian yang berurusan dengan hokum karna ejekan dan celaan yang dilontarkannya dianggap keterlaluan. Bukan hanya komediannya saja yang mendapat masalah, beberapa acara komedinya pun sempat mendapat teguran langsung dari komisi penyiaran, bahkan ada yang harus dihentikan sementara penayangannya.
Walau sudah banyak menuai masalah, tapi tetap tidak ada yang bisa menghentikannya dan candaan tersebut akhirnya menjadi suatu “keharusan” dalam setiap acara komedi. Komisi penyiaran memang bisa menghentikan penayangannya, namun, mereka yang sangat jenius yang ada di balik layar masih punya cara lain untuk menggantikannya. Sebenarnya, kita sebagai penontonlah yang bisa menghentikannya. Ketika acara tersebut mulai ditinggalkan oleh penontonnya, maka tidak ada lagi alasan bagi mereka yang ada di balik layar untuk mempertahankan acara tersebut.
Banyak yang akhirnya “diam-diam” mengecam candaan yang diselipi ejekan dan celaan ini. Walau tidak bersuara frontal, setidaknya mereka sadar bahwa hiburan tersebut tidak sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar